Sahabat Fillah Rahimakumullah,ada sebuah kisah yang bisa kita jadikan uswah dalam rumah tangga kita,yaitu "Ummu Sulaiman dan Khalid Bin Walid (Pedang Allah)"
“Islam akan mulia dengan masuknya Khalid bin Walid”
Larut dalam ibadah, dan mengejar ketertinggalannnya dalam mengejar pahala, setelah Ia berikrar kepada Rasulullah, ia kemudian menetap di Madinah.
Meninggalkan istrinya (Ummu Sulaiman) yang tinggal di Mekah, dan dengan diam-diam ia pun memeluk Agama Islam.
Bukan pula hal mudah meninggalkan kepercayaan yang telah ia anutnya sedari kecil, namun karena kelembutan hati dan penerimaan hidayah, ia mampu menerima dan berbaiat kepada Rasulullah.
Di Madina, meski Khalid larut dalam belajar, ia gundah
Disuatu malam, kerinduan itu terwujud dalam mimpi, hingga ia tak bisa lagi sembunyikan dalam raut wajahnya.
Walid bin Walid, mengetahui kerinduan kakaknya dan berniat untuk menjemput kakak Iparnya. Meski awalnya tak di izinkan karena situasi Mekah yang tidak aman, ia meyakinkan kakaknya bisa sampai dan kembali dengan selamat.
Demi kebahagiaan kakaknya, ia mengarungi bahaya untuk menjemput Ummu Sulaiman.
“Abu Sulaiman.. Dia menunggumu di rumah” kata Walid sesampainya di Madinah
Cinta ada didalam setiap makhluk, bahkan kepada Dia Sang pembuat Strategi Terbaik.
Cinta itu, Hayaa ti’dun’ya
Cinta itu, salah satu kebahagiaan dunia yang Allah ciptakan untuk manusia.
Sang istri mengetahui bahwa ini adalah jihad, panggilan suci, meski ada ketakutan, ia tetap mendukung dan memotivasi suaminya.
“Aku selalu menantimu” kata Ummu Sulaiman
Panglima yang ditunjuk rasulullah, gugur satu persatu..
Kemudian dengan tangkasnya, Ia langsung mengambil alih pasukan muslimin
Kepiawaiannya dalam mengatur strategi perang membuat pasukan Muslimin yang hanya 3000 orang mengalahkan pasukan Romawi yang berjumlah 200.000 orang masyaAllah.
Di perang inilah, Rasulullah kemudian memberikan gelar, Pedang Allah yang Terhunus.
Gegap gempita masyarakat menyambut kedatangan Pasukan Muslimin dengan kemenangannya melawan Romawi, demikian pula sang Istri. Kebahagiaan, dan rasa bangga, suaminya kembali dengan selamat dan menjadi panglima kaum Muslimin.
Dengan kesabaran, ia merawat suaminya yang penuh luka. Resiko membela agama Allah.
Sang suami tak pernah meninggalkan peperangan, dan setiap itu pula ia selalu membawa Kemenangan.
Disinilah rasa cemburu mulai menghampiri Ummu Sulaiman. Ketenaran dan penghargaan yang didapatkan suaminya, melahirkan rasa takut jika suaminya mencintai wanita lain.
“Engkau telah banyak menahan tawanan wanita, tidakkah Engkau ingin menikahi salah satu darinya?”
“Tidak, tidak pernah terpikir olehku” balas Khalid
Rasa cemburu itu mulia dalam Islam, ia disebut Al Goyyut
Dengan cemburu, kita bisa mulia namun ketika tidak dikawal dengan syariat-Nya akan mendapat murka.
Di Yaman (Kabilah Bani Harits), Khalid memberikan kemengan kepada Kaum Muslimin tanpa peperangan.
“Akan ku Nikahkan engkau dengan anakku, tak pernah aku melihat lelaki sepertimu, dan hanya engkau yang pantas menikahi puteriku, Juman” ia pun meng-iya-kan perintah Pemimpin Kabilah Bani Harits
“Tidak ada yang bisa menyaingimu” ia mengingat kalimat yang pernah ia lontarkan kepada istrinya.
Ummu sulaiaman tidak bisa membayangkan keadaan suaminya, ia diliputi rasa cemburu hingga berhari-hari.
Hingga sang Suami kembali dari Yaman, dan menyambutnya dengan hati yang dingin.
“Apakah penyambutan ini yang didapatkan sang suami setelah kepulangannya berperang?”
“Yah..seperti inilah penyambutan seorang istri, jika suaminya menikah lagi.” Jawab Ummu Sulaiman.
Kemuliaan hati Khalid dan penjelasan aturan Agama membuat Ummu Sulaiman mampu melapangkan dadanya.
Sebagai wanita, aku tidak ingin ada wanita lain. Namun ia percaya suaminya akan bersikap adil.
“Cinta abadi adalah cinta yang pertama” Khalid bin Walid
Tanpa beban berlebihan seperti yang ia rasakan sebelumnya, apalagi dia mendapat jaminan Surga jika ia mampu bersabar, ia yakin pada suaminya, dan patuh akan Syariat bahwa ia takkan didzalimi.
Rasulullah SAW bersabda,“Siapa yang menikahi lebih dari satu wanita dan tidak bersikap adil, maka diakhirat kelak ia akan datang dengan Miring pundaknya.”
Subhanallah....
Semoga bermanfaat "_"
Diadaptasi dari "Kisah Cinta Khalid Bin Walid (Pedang Allah)"
“Islam akan mulia dengan masuknya Khalid bin Walid”
Larut dalam ibadah, dan mengejar ketertinggalannnya dalam mengejar pahala, setelah Ia berikrar kepada Rasulullah, ia kemudian menetap di Madinah.
Meninggalkan istrinya (Ummu Sulaiman) yang tinggal di Mekah, dan dengan diam-diam ia pun memeluk Agama Islam.
Bukan pula hal mudah meninggalkan kepercayaan yang telah ia anutnya sedari kecil, namun karena kelembutan hati dan penerimaan hidayah, ia mampu menerima dan berbaiat kepada Rasulullah.
Di Madina, meski Khalid larut dalam belajar, ia gundah
Disuatu malam, kerinduan itu terwujud dalam mimpi, hingga ia tak bisa lagi sembunyikan dalam raut wajahnya.
Walid bin Walid, mengetahui kerinduan kakaknya dan berniat untuk menjemput kakak Iparnya. Meski awalnya tak di izinkan karena situasi Mekah yang tidak aman, ia meyakinkan kakaknya bisa sampai dan kembali dengan selamat.
Demi kebahagiaan kakaknya, ia mengarungi bahaya untuk menjemput Ummu Sulaiman.
“Abu Sulaiman.. Dia menunggumu di rumah” kata Walid sesampainya di Madinah
Cinta ada didalam setiap makhluk, bahkan kepada Dia Sang pembuat Strategi Terbaik.
Cinta itu, Hayaa ti’dun’ya
Cinta itu, salah satu kebahagiaan dunia yang Allah ciptakan untuk manusia.
Orang-orang mulia mengemas cinta dengan mulia Kerena orang mulia mengetahui bahwa cinta ingin berlanjut ke Sisi-NyaKhalid bin Walid mengikuti peperangan pertamanya sebagai seorang prajurit bias (perang mut’ah) melawan pasukan Romawi.
Sang istri mengetahui bahwa ini adalah jihad, panggilan suci, meski ada ketakutan, ia tetap mendukung dan memotivasi suaminya.
“Aku selalu menantimu” kata Ummu Sulaiman
Panglima yang ditunjuk rasulullah, gugur satu persatu..
Kepiawaiannya dalam mengatur strategi perang membuat pasukan Muslimin yang hanya 3000 orang mengalahkan pasukan Romawi yang berjumlah 200.000 orang masyaAllah.
Di perang inilah, Rasulullah kemudian memberikan gelar, Pedang Allah yang Terhunus.
Gegap gempita masyarakat menyambut kedatangan Pasukan Muslimin dengan kemenangannya melawan Romawi, demikian pula sang Istri. Kebahagiaan, dan rasa bangga, suaminya kembali dengan selamat dan menjadi panglima kaum Muslimin.
Dengan kesabaran, ia merawat suaminya yang penuh luka. Resiko membela agama Allah.
Sang suami tak pernah meninggalkan peperangan, dan setiap itu pula ia selalu membawa Kemenangan.
Disinilah rasa cemburu mulai menghampiri Ummu Sulaiman. Ketenaran dan penghargaan yang didapatkan suaminya, melahirkan rasa takut jika suaminya mencintai wanita lain.
“Engkau telah banyak menahan tawanan wanita, tidakkah Engkau ingin menikahi salah satu darinya?”
“Tidak, tidak pernah terpikir olehku” balas Khalid
Rasa cemburu itu mulia dalam Islam, ia disebut Al Goyyut
Dengan cemburu, kita bisa mulia namun ketika tidak dikawal dengan syariat-Nya akan mendapat murka.
Di Yaman (Kabilah Bani Harits), Khalid memberikan kemengan kepada Kaum Muslimin tanpa peperangan.
“Akan ku Nikahkan engkau dengan anakku, tak pernah aku melihat lelaki sepertimu, dan hanya engkau yang pantas menikahi puteriku, Juman” ia pun meng-iya-kan perintah Pemimpin Kabilah Bani Harits
“Tidak ada yang bisa menyaingimu” ia mengingat kalimat yang pernah ia lontarkan kepada istrinya.
Ummu sulaiaman tidak bisa membayangkan keadaan suaminya, ia diliputi rasa cemburu hingga berhari-hari.
Hingga sang Suami kembali dari Yaman, dan menyambutnya dengan hati yang dingin.
“Apakah penyambutan ini yang didapatkan sang suami setelah kepulangannya berperang?”
“Yah..seperti inilah penyambutan seorang istri, jika suaminya menikah lagi.” Jawab Ummu Sulaiman.
Kemuliaan hati Khalid dan penjelasan aturan Agama membuat Ummu Sulaiman mampu melapangkan dadanya.
Sebagai wanita, aku tidak ingin ada wanita lain. Namun ia percaya suaminya akan bersikap adil.
“Cinta abadi adalah cinta yang pertama” Khalid bin Walid
Tanpa beban berlebihan seperti yang ia rasakan sebelumnya, apalagi dia mendapat jaminan Surga jika ia mampu bersabar, ia yakin pada suaminya, dan patuh akan Syariat bahwa ia takkan didzalimi.
Rasulullah SAW bersabda,“Siapa yang menikahi lebih dari satu wanita dan tidak bersikap adil, maka diakhirat kelak ia akan datang dengan Miring pundaknya.”
Cinta adalah salah satu kesenangan dunia, Cinta yang mulia bukan cinta hanya didunia. Cinta orang mulia meyakini bahwa cintanya harus berlanjut kesisi Allah, sehingga ia harus memuliakan siapa yang ia Cintai. Sebab, Cinta yang mulia akan bertemu di Surga Allah.
Subhanallah....
Semoga bermanfaat "_"
Diadaptasi dari "Kisah Cinta Khalid Bin Walid (Pedang Allah)"