'Sahabat Pena'

'Sahabat Pena'
Assalamu'alaikum Warohamtullahi Wabarakatuh

Minggu, 15 Maret 2015

ღWanita sebagai Al Ummu Madrasah Al Ulaღ



BismillaahiRRohmaaniRRohiim

Akhwat fillah yang dirahmati Allah,Calon Ibu Calon pencetak Jundi-jundi Islam yang berakhlaqul karimah,kita sebagai wanita adalah madrasah pertama untuk anak-anak kita kelak.

"Al -Ummu madrasah Al-ula (Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya) bila engkau persiapkan dengan baik maka engkau telah mempersiapkan bangsa yang baik dan kuat"

Wahai saudariku, Persiapkanlah diri anda untuk menjadi seorang Ibu yang shalihah sebagai Madrasah bagi anak-anakmu kelak. Wanita adalah setengah dari bagian masyarakat, dan ia melahirkan generasi manusia, serta ialah pondasi tegaknya keluarga.

Bila anda ingin memiliki anak-anak yang salih dan salihah, maka persiapkanlah diri anda menjadi wanita bertakwa, tangguh, kuat lahir bathin, tegar, mandiri, sabar dan cerdas sebelum anak anda lahir bahkan sebelum menikah. Melahirkan generasi shalih dimulai dari kedua orang tua yang juga salih dan salihah. Yang mempunyai kesadaran untuk memiliki generasi yang baik lahir maupun bathin. Mempunyai kesadaran bahwa anak-anak adalah Amanah dari Allah Ta'ala, yang harus dijaga dengan baik.

Ibu berperan besar dalam pembentukan watak, karakter dan kepribadian anak-anaknya. Ia adalah sekolah pertama dan utama sebelum si kecil mengenyam pendidikan di sekolah manapun. Namun tidak sedikit ibu yang beranggapan, ketika sibuah hati sudah masuk sekolah maka sekolahlah yang bertanggung jawab atas pendidikan si buah hati. Padahal peran ibu tidak bisa tergantikan oleh siapapun. Ibu memiliki peran lebih dari sekolah yakni membangun kecerdasan emosional anak bahkan membangun kecerdasan spiritual anak.


Ibu adalah "gudang ilmu", "pusat peradaban" dan "wadah" yang menghimpun sifat-sifat akhlak mulia. Peran yang sangat penting ini, meuntut seorang ibu untuk membekali dirinya dengan ilmu yang memadai. maka seorang ibu harus terus bergerak meningkatkan kualitas dirinya. Karena, untuk mencetak generasi yang berkualitas, diperlukan pendidik yang berkualitas pula. Hal itu berarti ibu tak boleh berenti belajar.

Wahai saudariku, muslimah. Teruslah mencari ilmu, bekali dirimu dengan ilmu. Ilmu yang dapat meluruskan akidah, mensalihkan ibadah, membaguskan akhlaq, meluaskan tsaqofah, membuat mandiri, tidak bergatung pada orang lain sekaligus bermanfaat buat orang lain.

Teladanilah wanita Anshar yang tidak malu bertanya tentang masalah agama. Teladanilah para shahabiyah yang bahkan meminta kepada Rasulullah untuk diberikan kesempatan dihari tertentu khusus untuk mengajari mereka. Sehingga, akan bermunculan kembali Aisyah-Aisyah yang mempunyai pemahaman yang luas dan mendalam tentang agamanya


Duhai saudariku, muslimah, didiklah putra-putrimu agar mengenal Allah dan taat pada-Nya agar gemar membaca dan menghafal kalam-Nya. Ajarkan mereka mencintai Rasulullah dan meneladani beliau. Bekali dengan akhlaq imani, mencintai sesama, menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda.

Dan semuanya dimulai dari sekarang...

Semoga kita calon Ibu bisa mencetak Jundi jundi Allah yang sholeh/Sholehah.Aamiin.

Rabu, 11 Maret 2015

ღSifat-Sifat Wanita Sholehahღ



BismillaahiRRohmaaniRRohiim...

"Wanita (istri) shalihah adalah yang taat lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada dikarenakan Allah telah memelihara mereka." (An-Nisa: 34)
Dalam ayat yang mulia di atas disebutkan di antara sifat wanita shalihah adalah taat kepada Allah dan kepada suaminya dalam perkara yang ma'ruf lagi memelihara dirinya ketika suaminya tidak berada di sampingnya.
"Tugas seorang istri adalah menunaikan ketaatan kepada Rabbnya dan taat kepada suaminya, karena itulah Allah berfirman: "Wanita shalihah adalah yang taat," yakni taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, "Lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada." Yakni taat kepada suami mereka bahkan ketika suaminya tidak ada (sedang bepergian), dia menjaga suaminya dengan menjaga dirinya dan harta suaminya." (Taisir Al-Karimir Rahman, hal.177)

Berikut Sifat-sifat wanita sholehah :

Muslimat: wanita-wanita yang ikhlas (kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala), tunduk kepada perintah Allah ta'ala dan perintah Rasul-Nya.

Mukminat: wanita-wanita yang membenarkan perintah dan larangan Allah Subhanahu wa Ta'ala

Qanitat: wanita-wanita yang taat

Taibat: wanita-wanita yang selalu bertaubat dari dosa-dosa mereka, selalu kembali kepada perintah (perkara yang ditetapkan) Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam walaupun harus meninggalkan apa yang disenangi oleh hawa nafsu mereka.

'Abidat: wanita-wanita yang banyak melakukan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala (dengan mentauhidkannya karena semua yang dimaksud dengan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam Al-Qur'an adalah tauhid, kata Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma).

Shoimat: wanita-wanita yang berpuasa. (Al-Jami' li Ahkamil Qur'an, 18/126-127, Tafsir Ibnu Katsir, 8/132)

Semoga bermanfaat dan dapat kita aplikasikan...



Jumat, 06 Maret 2015

ღRomantisme Ala Rasulullah,ustadz Hatta Syamsudin Lcღ



BismillaahiRRohmaaniRRohiim...

Assalamu'alaikum Sahabat Bloger,
Kali ini ana ingin mengulas sedikit buku yang tak kalah menarik dari karya Ustad Salim,"Malam Janganlah Cepat Berlalu,Mentari Perlahanlah Sejenak" karya Ustad Hatta Syamsudin Lc,
Sempat ana malu kepada seorang sahabat,mereka berfatwa bahwa saya sangat tendensius dan ingin sekali menikah,karna buku-buku bacaan saya mayoritas tentang Pernikahan dan Rumah Tangga.
menurut ana itu hal yang manusiawi,bukanlah Rasul telah bersabda "Hai para pemuda, barangsiapa diantara kamu yang sudah mampu menikah, maka nikahlah, karena sesungguhnya nikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih dapat menjaga kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena berpuasa itu baginya (menjadi) pengekang syahwat”.
Dari sini saya ingin meyegerakan menikah.

Pacaran No,Nikah Yess..

Selamat menikmati..

Di kawasan Alun-alun kota Jember, terlihat sepasang muda-mudi yang belum menikah, bergandengan tangan tak peduli oleh tatapan mata penuh tanya dari orang-orang di sekitarnya. Di belakang mereka, sepasang suami istri justru hanya berjalan bersisian tanpa ada kontak fisik yang menunjukkan bahwa mereka sudah menikah. Mengapa pasangan yang statusnya masih pacaran itu bisa lebih romantis daripada pasangan yang sudah menikah?


Kenyataannya, banyak yang begitu. Terutama dari pihak suami. Setelah menikah, banyak suami yang enggan untuk menunjukkan romantisme kepada istrinya. Bukankah seharusnya justru lebih romantis dibandingkan dengan sebelum menikah? Sedangkan para istri tak kalah abainya, dengan alasan pekerjaan rumah tangga dan anak-anak yang begitu menguras tenaga, istri-istri berkurang kepedulian kepada suaminya.

“Ah, kita kan sudah menikah, buat apa romantis-romantisan lagi?” begitu dalih pasangan suami istri yang menolak paham romantis. Rumah tangga dakwah, apalagi. Terlalu banyaknya agenda dakwah membuat waktu untuk keluarga semakin berkurang. Romantisme dianggap sebagai pekerjaan sia-sia yang tak ada nilai ibadahnya. Bahkan dapat melalaikan kita dari beribadah kepada Allah Swt. Benarkah begitu?

Mestinya, setelah menikah, suami istri justru lebih bertambah keromantisannya, karena pernikahan harus terus dipupuk agar tetap berjalan di jalur yang aman. Tak heran, banyak pasangan suami istri yang mengalami kejenuhan berumahtangga setelah bertahun-tahun bersama, bahkan tak jarang pasangan suami istri yang bercerai hanya untuk mendapatkan getar-getar cinta seperti waktu masih pengantin baru. Mereka berpikir getar-getar cinta itu bisa didapatkan dari pasangan yang baru. Istilahnya, kalau dengan istri yang lama itu sudah tidak “nyetrum” lagi.

Dilatarbelakangi oleh fenomena berkurangnya keromantisan suami istri itulah, penulis yang juga seorang Ustadz ini, menuliskan sebuah buku berjudul “Malam, Janganlah Cepat Berlalu. Mentari, Perlahanlah Sejenak.” Dari judulnya saja sudah terasa aura romantisnya. Penulis ingin mengkampanyekan romantisme suami istri dengan mengangkat empat puluh inspirasi romantis dari rumah tangga Nabi Muhammad Saw. Rasulullah adalah suami yang paling romantis. Hal itu diakui oleh istri-istrinya.

“Bagi para ummahatul mukminin, beliau bukan sekadar suami yang biasa. Beliau adalah suami yang romantis dengan segenap arti yang bisa diwakili oleh kata romantis.” (halaman 18)

Keempat puluh inspirasi romantis itu dapat dirangkum ke dalam beberapa poin berikut ini;

Pertama, romantis itu dimulai sejak sebelum menikah dan tak memiliki waktu berakhir.
Bagaimana bisa menerapkan romantisme bila menikah saja belum? Terlebih lagi bagi pasangan yang menikah tanpa pacaran. Buku ini menjelaskan beberapa cara memunculkan romantisme menjelang akad nikah. Sesuatu yang dijalani oleh hati, pikiran, dan niat yang bersih, bahwa pernikahan yang akan dijalani semata-mata hanya untuk beribadah kepada-Nya. Setelah menikah dan hingga bertahun-tahun lamanya, romantisme harus terus dipertahankan sebagai pupuk pernikahan agar bunganya senantiasa mekar.

Kedua, romantis itu tidak perlu mahal.
Kebanyakan dari kita berpikir bahwa romantis itu memerlukan biaya. Makan di kapal pesiar, membelikan hadiah-hadiah mahal, bulan madu ke luar negeri, dan sebagainya. Buku ini memberikan solusi romantisme tanpa biaya mahal tetapi berkesan. Sebagai contohnya adalah minum dari gelas yang sama secara bergantian, sebagaimana yang dicontohkan oleh Baginda Rasulullah SAW bersama dengan Aisyah Ra.

“Segelas berdua, insya Allah membawa berkah. Tidak harus hilang semua dahaga.” (halaman 56)

Ketiga, romantis itu dalam rangka beribadah kepada Allah Swt.
Tujuan melakukan romantisme itu sudah tentu untuk beribadah kepada Allah Swt, jadi jangan sampai sikap-sikap romantis terhadap pasangan justru menghalangi kita untuk beribadah kepada Allah Swt. Banyak ikhwah yang berguguran di jalan dakwah, justru setelah menikah. Dengan alasan mendahulukan kepentingan keluarga, mereka berkurang semangatnya dalam berdakwah. Yang tadinya rutin ikut taklim, menjadi bolong-bolong. Yang tadinya tilawah sehari satu juz, menjadi beberapa hari sekali. Yang tadinya rutin salat malam, menjadi tidak salat malam sama sekali. Sungguh amat disayangkan bila sikap romantisme yang ingin kita tunjukkan kepada pasangan, justru menjauhkan kita dari Allah Swt.

Keempat, romantis itu memang berhubungan dengan penampilan fisik.
Seseorang pernah bertanya kepada saya, apakah hanya lelaki tampan dan wanita cantik saja yang ditakdirkan untuk bisa bersikap romantis? Bagaimana dengan orang-orang yang tak memiliki paras rupawan? Kuncinya, bukanlah paras rupawan. Pada dasarnya memang romantisme berkaitan dengan penampilan fisik, karena daya tarik fisik itulah yang dapat memancing gairah. Untuk itulah, pasangan suami istri disunahkan berhias untuk pasangannya masing-masing. Tuntutan berhias sering kali ditujukan kepada istri, padahal suami pun harus berhias untuk istri.

“Berhias bukanlah monopoli kaum perempuan, tetapi kaum lelaki juga diseyogyakan untuk berhias. Hal ini disebabkan perempuan juga mempunyai fitrah menyukai memandang laki-laki yang tampil menarik.” (halaman 164)

Sebelum rumah tangga Anda karam karena berkurangnya romantisme terhadap pasangan, bacalah buku ini. Nikmati penjelasan-penjelasan penulis yang disesuaiakan dengan kondisi terkini, serta ringan untuk dicerna. Dan akhirnya, saya harus memberitahu. Untuk itulah, saya membeli dan membaca buku ini.

“Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap istrinya. Dan aku adalah yang terbaik pada istri dari kamu sekalian.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibba)

Selasa, 03 Maret 2015

ღENAM TIPE ISTRI YANG DIIDAMKAN PARA SUAMIღ


Riedha Bloger

Ukhti,Ini dia Tipe Istri Idaman Suami.
Kita simak yuk...

BismillaahiRRohmaaniRRohiim....

Wanita berparas cantik dan memiliki tubuh indah tak selalu menjadi tipe istri idaman para pria. Banyak faktor lain mulai dari sifat hingga kebiasaan sehari-hari yang membuat pria tertarik. Seperti yang dikutip dari ezinearticle, berikut ini enam tipe istri yang menjadi idaman suami.

1. Penurut
Menurut survei yang dilakukan oleh ezinearticle, kebanyakan suami ingin memiliki istri yang selalu patuh. Mereka ingin agar semua pendapatnya didengar, kecuali jika perkataanya menyuruh istri untuk berlaku buruk. Tetapi dalam kasus tersebut, pria ingin agar istri mau menolak perkataan itu dengan baik dan penjelasan yang masuk akal.

2. Mau Berterimakasih dan Sering Memuji
Menurut para suami, mendapatkan ucapan 'terima kasih' serta pujian atas apa yang telah dilakukannya untuk Anda, dapat membuat dirinya merasa bahagia serta dihargai. Ada kalanya suami mengorbankan waktu, tenaga
dan uang untuk membuat istrinya merasa senang atau paling tidak, merasa aman. Di saat itulah, Anda 'wajib' menunjukkan rasa terimakasih dan berikan perhargaan padanya.

3. Bisa Berperan Sebagai Sahabat
Selain sebagai pendamping hidup, suami ingin istrinya juga memiliki peran sebagai teman. Dalam perannya itu, suami ingin agar istri menjadi tempat berbagi kegembiraan-kesedihan, memberikan saran, dan memiliki minat yang sama. Pada kenyataannya, tidak banyak istri yang menyadari hal ini. Saat hal itu terjadi, bukannya tak mungkin jika suami jadi lebih intim ketika bersama teman-temannya dibanding ketika dengan Anda.

4. Membuatnya Menjadi Seseorang yang Lebih Baik
Di balik pria yang sukses ada wanita yang hebat. Inilah yang diinginkan oleh banyak pria, wanita yang selalu mendukung dan mendorongnya untuk menjadi individu yang lebih baik. Para suami ingin agar sang istri selalu ada di 'belakangnya' saat sedang berada dalam masa sulit dan mendorongnya untuk mampu mengatasi hal tersebut.

5. Pandai Mengatur Tugas Rumah Tangga
Para suami juga mengatakan bahwa memiliki istri yang mahir merawat anak, akan membuat diri mereka merasa aman saat berada di luar rumah. Selain itu, para suami juga menginginkan istri yang pandai mengatur tugas rumah tangga, mulai dari masalah kebersihan hingga makanan.

6. Pintar Mengatur Uang
Menurut suami, hal tersebut sangat membantu mereka dalam mengelola anggaran keuangan secara efektif. Selain itu, pria juga berpikir bahwa wanita memiliki kemampuan mengatur keuangan melebihi para pria.

Semoga Bermanfaat Bagi Calon Isti,Aamiin

ღAkhi,Biarkan Aku Mencintaimu Karena Allahღ



Jika Aku mencintaimu karena pesona ketampananmu. Bagaimana jika ketampanan itu pudar? Akankah cinta itu ikut pudar?

Jika Aku mencintaimu karena harta yang ada pada dirimu. Sesungguhnya harta juga titipan, jika tiba-tiba hilang mungkinkah cinta masih bertahan?

Jika Aku mencintaimu karena kesholehanmu. Bila seiring perjalanan waktu kutemui sedikit cacat pada akhlaqmu, berkurangkah cintaku padamu?

Jika Aku mencintaimu karena luasnya ilmu pengetahuanmu. Namun bila ilmu yang kau miliki juga ku kuasai, akankah cinta hanya sebagai pelengkap saja?

Sebanyak apapun alasan yang ada pada dirimu, sehingga membuat dirimu sempurna atau terlihat biasa dalam pandanganku biarkan aku mencintaimu karena Allah. Dimana rasa cinta itu hadir bukan karena kesempurnaanmu.

Sesungguhnya kesempurnaanmu mampu ku lihat di saat aku mau belajar mencintaimu dengan segala kelebihan dan kekuranganmu.

Oleh karena itu biarkan aku mencintaimu karena Allah..

Dimana ketika rasa cintamu terhadap Allah berkurang,aku akan berusaha untuk menghadirkan rasa cinta itu lagi demi cintaku pada Allah...

Biarkan aku mencintaimu karena Allah..

Di saat rasa cinta membunyikan senandung indah aku akan memuliakanmu sepenuh hati dengan menjaga kehormatanmu dan tidak akan mendurhakai Allah...

Namun di saat nada cinta mengalun sumbang, aku akan berusaha untuk tidak mendzalimi dirimu. Akan tetap kuukir namamu di hati dengan menghargai dan menghormatimu demi mengharap keridhaan Allah...

Untukmu duhai cinta...

Maafkan aku tak mampu terlalu banyak menumbuhkan harapan terhadapmu sebelum engkau halal bagiku...

Untukmu yang selalu ku tunggu ijab qabulmu dalam lembar sajadah cintaku...

✿WANITA SHOLEHAH✿Mutiara Muslimah Sejati♥